Rabu, 01 Mei 2013

Pola Pengaliran Sungai

Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran tertentu di antara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.

Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut : 
1.  Pola Aliran Dendritik
 
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2.  Pola Aliran Radial 

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular. 

3.  Pola Aliran Rectangular 

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.

4.  Pola Aliran Trellis 

Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.


5.  Pola Aliran Sentripetal  
 
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.

6.  Pola Aliran Annular 
 
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7.  Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)  
 
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
sumber :  http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/03/pola-pengaliran-sungai.html

Tsunami


Bencana tsunami biasanya banyak menelan korban nyawa, sehingga perlu ada peringatan dini untuk masyarakat. Meski teknologi sudah bisa memprediksi beberapa bencana tapi tidak ada salahnya mengenali tanda-tanda sebelum bencana terutama tsunami, agar bisa segera mengamankan diri.
Tsunami adalah serangkaian gelombang yang disebabkan oleh tanah longsor atau gempa bumi besar baik yang terjadi di darat maupun di laut. Gelombang tsunami dapat terjadi 5 menit hingga 1 jam setelah longsor atau gempa bumi. Berikut beberapa tanda-tanda awal datangnya bencana tsunami, seperti dilansir Ehow.
1.       Diawali adanya gempa bumi
       Bila Anda tinggal di dekat pantai, sebaiknya berhati-hati bila terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut. Tidak hanya gempa yang terjadi di daerah Anda, tetapi juga di seluruh dunia. Gempa ribuan kilometer jauhnya dapat menyebabkan potensi tsunami yang mematikan di daerah Anda.
2.       Dengarkan suara-suara gemuruh
       Banyak korban tsunami telah mengatakan bahwa datangnya gelombang tsunami akan diawali dengan suara gemuruh yang keras mirip dengan kereta barang.
3.       Perhatikan penurunan air laut
       Jika ada penurunan air laut yang cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut, maka segeralah mencari tempat perlindungan yang tinggi. Sebelum terjadi gelombang tsunami, air laut akan terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang sangat besar.
4.       Selalu waspada pada gelombang pertama
       Gelombang tsunami pertama tidak selalu yang paling berbahaya, sehingga tetap mendekatkan diri dari garis pantai sampai keadaaan benar-benar aman. Jangan berasumsi bahwa karena tsunami kecil di satu tempat maka akan kecil juga pada daerah yang lain. Ukuran gelombang tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi. Gelombang tsunami juga bisa melakukan perjalanan melalui sungai-sungai yang terhubung ke laut.
Selain tanda-tanda tersebut, alam juga bisa memberi tanda sebelum terjadinya bencana, seperti gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrem dan perilaku hewan yang berubah. Para ilmuwan berteori bahwa hewan mampu menangkap getaran-getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar mereka yang tidak dapat dilakukan manusia. “Saya tidak berpikir bahwa ini adalah indera keenam, setidaknya tidak ada yang dapat kita ukur pada saat ini,” kata Diana Reiss, Ph.D., direktur penelitian mamalia laut di Wildlife Conservation Society, berbasis di Bronx Zoo di New York City, seperti dilansir Foxnews.
Beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang. Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah cerita tentang gajah-gajah berlari ke bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004 yang menghancurkan desa dan membunuh hingga 150.000 orang di kedua negara itu. (Teknologi Net)

Geografi Kependudukan

Seperti juga definisi tentang geografi, posisi dan peran manusia di dalam geografi sudah lama menjadi subyek perdebatan dan polemik akademik. Di antara subyek perdebatan tersebuty ang awalnya menarik perhatian banyak ahli geografiadalah tentang lingkungan alam, walaupun hal ini dianggap berarti hanya dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam beberapa dekade belakangan, telahterjadi reorientasi sudut pandang yang begitu pesat (progresif) dengan penekanan lebih besar pada asumsi bahwa manusia adalah penghuni utama di bumi.Pendekatan ini terutama mendapat dukungan kuat di Perancis di mana selamaparuh pertama abad ini telah tumbuh satu aliran pemikiran geografi kemanusiaan (human geography) yang mendasarkan diri pada pencarian penjelasan tentang hubungan berganda (multiple relationship) antara manusia, aktifitasnya, dan lingkungan alamnya. Bumi dalam geografi menurut Sumaatmadja, (1988:31) tidak hanya berkenaan dengan fisik alamiah bumi saja, melainkan juga meliputi segala gejala dan prosesnya baik itu gejala dan proses alamnya maupun gejala dan proses kehidupannya. Maka dari itu  bidang kajian geografi tidak hanya mengenai fisik alamiah saja melainkan melainkan juga termasuk manusia dan lingkungannya.
Beberapa pandangan seperti dari Vidal de la Blache, Jean Brunhes, dan Maximilian Sorre berbeda-beda dalam hal penjelasan detailnya sehingga memberikan bobot yang berbeda pula dalam kajian tentang manusia. Tidak mengherankan, para ahli geografi kemanusiaan telah memberikan banyak ragam kontribusi yang bernilai pada studi/kajian tentang distribusi penduduk. Tetapi cabang ilmu geografi kemanusian sampai saat ini belum diterima secara paripurna (universal) oleh kalangan ilmuwan.
Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan tidak begitu saja terpisah dengan disiplin ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, Geografi memerlukan pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk membuat deskripsi mengenai suatu wilayah, tanpa melepaskan diri dari ciri khas geografi, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala keruangan di permukaan bumi. Untuk melihat kedudukan geografi di dalam ilmu pengetahuan, sebaiknya mengenal kembali definisi Geografi yang berbunyi, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (hasil seminar dan lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988).

Geografi berada pada posisi sentral di dalam sistem ilmu pengetahuan karena berada pada dua bagian ilmu. Di satu pihak sebagai ilmu alam yang mempelajari gejala-gejala keruangan yang bersifat eksak, di lain pihak mempelajari manusia sebagai mahluk sosial.
Geografi dapat pula dikatakan sebagai jembatan ilmu pengetahuan, karena menghubungkan ilmu-ilmu alamiah yang bersifat dengan ilmu-ilmu sosial dan budaya, dengan demikian di mana kedudukan Geografi di dalam ilmu-ilmu tersebut ? apabila kita melihat cakram berikut ini akan tampak bahwa kedudukan geografi berada pada bagian dari ilmu-ilmu alam; ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya (sebenarnya budaya merupakan bagian dari kajian antropologi yang dapat juga dimasukkan sebagai bagian daru ilmu sosial). Kemudian geografi mengembangkan percabangannya sesuai dengan cabang ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social, menjadi geografi alam (fisis) dan geografi manusia, tetapi secara khusus pada bagian ini hanya menjelaskan geografi manusia, karena menyangkut penjelasan pemahaman sumberdaya manusia dalam geografi. Geografi dibagi menjadi tiga cabang utama yang meliputi : Geografi Fisik, Geografi Manusia dan Geografi Regional. Pada awalnya studi Geografi terdiri dari cabang-cabang Geografi yang nampaknya masing-masing berdiri sendiri dengan tidak adanya ikatan satu sama lain. Pada kenyataannya bahwa geografi harus merupakan keterpaduan di antara cabang-cabang tersebut. Untuk menjawab tantangan pembangunan, maka Geografi memerlukan keterpaduan di antara cabang-cabang Geografi yang nampaknya seakan-akan terpisah itu. Dengan demikian, pada hakekatnya Geografi Terpadu merupakan suatu pendekatan dengan memadukan antar cabang Geografi seperti Geografi Fisik dengan Geografi manusia
Beberapa ahli geografi menganggap geografi kemanusiaan terlalu luas cakupannya, mencakup semuanya seperti studi-studi geografi tentang ekonomi, masyarakat, transportasi, dan unit-unit politik. Beberapa ahli yang lain merasakan bahwa hanya ada pembedaan yang kecil antara istilah geografi (geography) dengan geografi kemanusiaan (human geography). Kasus untuk geografi kependudukan (population geography) pernah dinyatakan secara paling gamblang pada tahun 1953 oleh Trewartha yang memberikan argumentasi tentang perlunya satu fokus kajian pada manusia dan menyediakan suatu rerangka kerja bagi kajian-kajian geografis tentang kependudukan. Pandangannya menyebutkan bahwa ”jumlah, kepadatan, dan kualitas penduduk merupakan latar belakang yang esensial bagi semua kajian geografis. Penduduk adalah titik acuan darimana semua elemen yang lain diobservasi dan darimana semua elemen tersebut secara individual maupun kolektif menghasilkan nilai penting (signifikansi) dan makna”. Walaupun harus diakui bahwa pandangan seperti itu belum tentu akan didukung oleh semua ahli geografi, terutama mereka yang memiliki ketergantungan fisikal, tetapi saat ini sedang tumbuh aliran pemikiran yang penelitian dan minatnya diorientasikan ke arah pandangan tersebut. Hooson telah melakukan perubahan yang progresif dalam hal sudut pandang terhadap ekstrimitas logisnya, dan merumuskan postulat bahwa secara esensial cabang ilmu geografi berkaitan dengan masalah ketidakmerataan penyebaran penduduk di penjuru bumi. Distribusi penduduk ”bertindak seperti layaknya benang penyambung utama (master-thread) yang mampu merajut berbagai benang pemikiran yang terpisah-pisah menjadi suatu pola yang teratur / koheren dan menyatakan kesatuan filosofisnya, terutama dalam konteks geografi kewilayahan (regional geography)”. Ia menekankan pentingnya mencermati gagasan-gagasan manusia tentang tempat, lebih daripada kajian obyektif tentang tentang tempat itu sendiri. Hooson menganggap tidak perlunya penggolongan tersendiri suatu subdivisi geografi yang disebut sebagai geografi kependudukan, yang dalam pandangannya akan mendatangkan bahaya menjadi suatu keutuhan ilmu geografi itu sendiri.
Sementara ada banyak ahli yang akan bersimpati terhadap pandangan seperti ini dan setuju bahwa kajian-kajian distribusi penduduk memberikan suatu penyangga bagi geografi kewilayahan (regional geography), dan suatu tema bagi geografi secara keseluruhan, banyak yang lain akan menganggap hal itu terlalu sempit dan terlalu terpusat pada perkembangan perikehidupan manusia (anthropocentris). Dalam kasus apapun, geografi kependudukan telah berkembang menjadi cabang ilmu geografi tersendiri – walaupun diakui dalam keterkaitannya dengan berbagai cabang tersendiri dari subyek geografi. Memang, yang mengherankan adalah bahwa perkembangan tersebut berjalan sangat lambat jika dibandingkan dengan tumbuhnya kesadaran tentang nilai pentingnya pertumbuhan penduduk di dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
 
sumber :  http://suaiba-geo.blogspot.com/search/label/Kependudukan

Benua

PEDAHULUAN
Benua (continent), merupakan suatu unit kontinyu dari massa tanah terluas di Bumi.

Ilmuwan percaya bahwa benua terbentuk dari aliran lava ke permukaan bumi dari inti bumi yang cair. Pada permukaan, lava akan membeku membentuk kulit (crust), yang kemudian hancur menjadi sedimen sebagai akibat adanya proses pelapukan. Pembentukan kulit (crust), proses pelapukan, dan pembentukan kulit kembali secara terus menerus, mempengaruhi kenaikan gas dari dalam perut bumi. Proses yang berlangsung secara terus menerus tersebut membentuk suatu plato dan akhirnya menjadi benua, dimana sekarang menempati 30 persen dari permukaan bumi.
GEOGRAFI BENUA
Benua berbeda dengan pulau atau peninsula, bukan hanya lebih luas, tetapi benua juga terdiri atas struktur geologi dan perkembangannya. Berdasarkan urutan ukurannya, benua dibedakan:
1. Eurasia (Eropa dan Asia)
2. Afrika
3. Amerika Utara
4. Amerika Selatan
5. Antartika
6. Australia
Wilayah benua -kenaikan tanah di atas permukaan air- mencakup 29 persen dari total area Bumi. Lebih dari dua pertiga area benua terletak di utara ekuator. Massa continental shelves, termasuk yang berada di bawah permukaan laut yang miring secara halus dari tepi laut hingga kedalaman 183 m; pada titik tersebut dipekirakan mulai turun terjal ke dasar samudera yang disebut dengan continental slope. Apabila continental shelves masuk dalam perhitungan, maka total luas continent menjadi 35 persen dari permukaan Bumi. Pulau-pulau yang berada di sekitar benua dan masih tersambung dengan continental shelves merupakan bagian dari benua tersebut. Contoh: Inggris dan Irlandia di Eropa; Kepulauan Malay dan Jepang di Asia; Papua New Guinea, Tasmania dan New Zealand di Australia; dan Greenland di Amerika Utara.
GEOLOGI BENUA
Dalam geologi, benua lebih dikenal sebagai struktur kulit Bumi dan daerah pilihan, daripada area permukaan tanah. Ahli geofisika telah mempelajari benua dengan menggunakan seismograf yang merekam gelombang kejut (shock waves) yang dihasilkan oleh gempabumi. Data rekaman tersebut dapat memperkirakan bahwa inti Bumi panas, padat, terdiri atas inti besi-nikel (Fe dan Ni) dengan diameter 6000 km. Di sekeliling inti tersebut terdapat mantel yang panas, batuan padat dengan ketebalan 300 km, sebagian bersifat semiplastik. Pada lapisan kulit bumi, lapisan relative berupa batuan dingin dengan ketebalan antara 5-10 km di bawah laut hingga 40 km dibawah benua.
Di bawah laut, kulit bumi terdiri atas lapisan tunggal yang padat, berupa batuan basaltik yang gelap, dalam area yang luas,mengandung mineral besi-magnesium (Fe-Mg). Pada benua, lapisan ini terkubur di bawah lapisan yang lebih tebal dan berwarna lebih cerah, berupa batuan agak padat kaya akan mineral silicat-aluminium (Si-Al). Karena adanya perbedaan kepadatan, batuan yang lebih ringan berada di atas lapisan batuan basaltic. Sesuai dengan psinsip Isostasy, dimana batuan yang lebih ringan akan naik ke atas – seperti barisan gunungapi – mereka juga menunjam ke bawah; di bawah barisan tesebut, akar dari batuan ringan menunjam ke bawah menuju batuan yang lebih gelap pada kulit bumi ke kedalaman lebih dalam lagi.
Pada tahun 1960-an para ahli geologi mulai menunjukkan bukti bahwa kulit bumi tidak hanya mengapung-yaitu bergerak ke atas dan ke bawah-namun juga bergerak secara lateral. Studi sejarah dan awal continental drift disebut plate tectonics karena para ahli geologi menemukan bahwa kulit Bumi dan mantel bagian atas terpisahkan oleh lempeng semirigid. Beberapa lempeng tektonik (misalnya lempeng Pasifik) sebagian besar terdiri atas kerak samudera; lain halnya seperti Amerika Utara dan lempeng Eurasia, terbentuk dari kerak benua. Batas lempeng pada umumnya berada di tengah laut atau mendekati lepas pantai, tetapi di beberapa tempat naik dari dasar laut hingga daratan. California Barat misalnya, dimana gempabumi menimpa San Andreas dengan meninggalkan bekas patahan yang memisahkan batas antara lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Pola laut dan daratan saat ini telah mengalami perubahan dalam kurun waktu jutaan tahun. Pergerakan tersebut menunjukkan tidak ada tanda perlambatan dan pengurangan jumlah, sehingga sebaran antara laut dan daratan akan mengalami perubahan secara terus menerus dalam waktu lama selama planet ini masih mempunyai energy panas untuk menggerakkan kerak bumi.
1. Periode Permian
Selama periode Permian sekitar 270 juta tahun lalu, massa kontinen Bumi secara perlahan bersamaan dengan pergerakan tektonik membentuk suatu superkontinen, Pangaea. Pangaea terdiri atas 95% massa daratan di Bumi dan dikelilingi oleh samudera Panthalassa.

2. Periode Triassic
Selama periode Triassic yang dimulai sekitar 240 juta tahun lalu, Pangaea mulai terpecah dan bagian-bagiannya mulai bergerak perlahan, membentuk dua daratan baru: Gondwanaland dan Laurasia.

3. Periode Jurassic
Selama periode Jurassic, pecahan dari Pangaea menjadi jelas. Laut Thetys terbuka antara Laurasia di utara dan Gondwanaland di selatan. Pada kontinen Gondwanaland, Amerika Selatan masih bergabung dengan Afrika dan Antarctica.

4. Periode Cretaceous Awal
Sekitar 140 juta tahun lalu, Gondwanaland dan Laurasia secara sempurna telah terpecah, dipisahkan oleh Laut Tethys. Daratan di utara ekuator seperti saat ini terbentuk selama periode Cretaceous ketika Greenland terpisah dari Eropa dan Samudera Atlantik terbuka.

5. Periode Cretaceous Akhir
Sekitar 95 juta tahun lalu, India terpisah dari Afrika dan bergerak ke arah Timurlaut sebelum menyatu dengan Asia. Eropa terpisah dari Amerika Utara, dan akhirnya Amerika Selatan terpisah dari Afrika, samudera baru -Atlantik Selatan- terbentuk. Australia dan Antarctica masih menjadi satu.

6. Bumi Saat Ini
Ini adalah bentuk bumi saat ini, namun susunan kontinen saat ini tidak permanen. Gerakan kontinen terjadi secara kontinyu, proses yang lambat, dengan kecepatan pergerakan kontinen rata-rata beberapa centimeter per tahun. Samudera Atlantik perlahan bertambah luasnya, sementara Samudera Pasifik semakin kecil.

7. Bumi 60 Tahun ke Depan
Kontinen masih tetap bergerak dengan kecepatan rata-rata beberapa centimeter per tahun. Dalam 60 juta tahun ke depan, Samudera Atlantik secara perlahan semakin lebar, kemudian Amerika dan Afrika bergerak saling menjauh. Samudera Pasifik akan menjadi lebih sempit, dan Laut Mediterania secara perlahan akan menghilang sehingga Afrika, Asia dan Eropa akan bersatu menjadi daratan sangat luas.



sumber : http://suaiba-geo.blogspot.com/2012/01/benua.html