Bentuk
permukaan bumi yang kita huni tidak rata. Kenyataannya permukaan bumi ada yang
cembung ada yang cekung. Bentuk cembung dapat berupa bukit, gunung, maupun pegunungan.
Sedangkan bentuk cekung dapat berupa lembah, danau, maupun lautan. Mengapa ada
berbagai macam bentuk? Dalam bab ini dapat dipelajari berbagai macam bentuk dan
proses terjadinya permukaan bumi.
A.
Tenaga Pembentuk Muka Bumi
1.
Tenaga Endogen Pembentuk Muka Bumi
Tenaga endogen adalah tenaga yang
berasal dari dalam bumi yang bersifat membentuk permukaan bumi baru. Tenaga
endogen dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a.
Vulkanisme
Vulkanisme
adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan
yang lebih atas atau sampai ke luar permukaan bumi. Aktivitas tersebut
menghasilkan bentukan berupa kerucut atau kubah yang berdiri sendiri dan
disebut gunungapi. Dimanakah biasanya terbentuk gunungapi? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut perhatikanlah gambar
berikut.
Gb. Pertemuan Lempeng Bumi
Pada
gambar tersebut tampak bahwa gunungapi umumnya terbentuk pada pertemuan
lempeng, terutama lempeng yang saling bertumbukan. Pada
pertemuan lempeng tersebut, lempeng samudera menunjam ke bawah dan lempeng
benua terangkat. Akibat kaku, lempeng benua mengalami retakan. Magma yang cair
kemudian masuk melalui retakan-retakan tersebut dan membentuk kantong-kantong
magma. Sebagian magma mampu mencapai permukaan bumi dan membentuk gunungapi. Karena
itulah, sebagian besar gunungapi terbentuk pada pertemuan lempeng tersebut.
1). Intrusi dan Ekstrusi Magma
Proses terjadinya vulkanisme
dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke dalam litosfer (kulit Bumi).
Penyusupan magma ke dalam litosfer dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a) Intrusi Magma
Intrusi magma adalah
peristiwa menyusupnya magma diantara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai
permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut.
(1) Intrusi datar (sill atau lempeng
intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel
dengan lapisan batuan tersebut.
(2) Lakolit, yaitu
magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti
lensa cembung atau kue serabi.
(3) Gang (korok),
yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan
(korok).
(4) Diatermis, yaitu
lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya
seperti silinder memanjang.
b) Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah
peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung
api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit
Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat.
2). Bentuk Gunung Api
1)
Gunungapi corong atau maar,
yaitu gunungapi hasil erupsi eksplosif atau berupa ledakan yang
posisi dapur magmanya relatif dangkal sehingga gunungapi tersebut berhenti
aktivitasnya dengan hanya satu kali ledakan. Oleh karena itu, ketinggian gunung
ini relatif rendah dan memiliki kemiringan yang cukup curam. Biasanya terbentuk
danau pada bekas lubang erupsi yang dasarnya relatif kedap air. Danau Eifel di
Perancis dan Ranu Klakah di lereng Gunung lamongan merupakan contoh tipe ini.
2)
Gunungapi perisai atau aspit,
yaitu gunungapi hasil erupsi efusif atau erupsi berupa aliran.
Magma
yang cair atau encer bergerak ke segala arah dengan ketebalan yang tipis
sehingga ketinggiannya juga rendah. Contoh gunungapi aspit adalah gunungapi di
Kepulauan Hawaii.
3)
Gunungapi strato,
yaitu gunung api berbentuk kerucut yang tinggi dengan lereng yang curam.
Kerucut yang tinggi merupakan hasil dari timbunan material-material vulkanik
yang padat maupun cair secara terus-menerus. Gunungapi ini merupakan gabungan
tipe letusan eksplosif dan efusif secara bergiliran. Gunungapi di Indonesia
umumnya termasuk tipe strato seperti Tangkuban Perahu, Kerinci, Merbabu,
Gede-Pangrango, Gempo, dan lain-lain.
3).
Tanda-tanda gunung api akan meletus
Gunung api yang akan meletus biasanya mengeluarkan
tanda-tanda alami sebagai berikut:
a.
suhu di sekitar kawah naik;
b.
banyak sumber air di sekitar
gunung itu mengering;
c.
sering terjadi gempa
(vulkanik);
d.
sering terdengar suara gemuruh
dari dalam gunung;
e.
banyak binatang yang menuruni
lereng.
4). Gejala pasca vulkanik
Gunung api yang sudah kurang
aktif, memiliki tandatanda yang disebut gejala post vulkanik, atau pasca
vulkanik atau setelah aktivitas vulkanik dengan gejala-gejala sebagai berikut.
a.
Sumber gas asam
arang (CO2 dan CO) yang disebut mofet. Gas ini berbahaya sebab dapat
menyebabkan mati lemas bagi orang yang menghirupnya. Contoh: Kawah Timbang dan
Nila di Dieng (Jawa Tengah), Tangkuban Perahu dan Papandayan (Jawa Barat).
b.
Sumber gas
belerang , disebut solfatara. Contoh : Tangkuban Parahu (Jawa Barat), Dieng
(Jawa Tengah) dan Rinjani (NTB).
c.
Sumber gas uap
air, disebut fumarol. Contoh : Dieng (Jawa Tengah) dan Kamojang (Jawa Barat).
d.
Sumber air panas.
Sumber air panas yang mengandung zat belerang, dapat digunakan untuk
menyembuhkan beberapa jenis penyakit kulit.
e.
Sumber air
mineral. Sumber air mineral ini berasal dari air tanah yang meresap bercampur
dengan larutan mineral tertentu seperti: belerang, atau mineral lain. Contoh
sumber air mineral terdapat di: Ciater dan Maribaya (Jawa Barat),dan Minahasa
(Sulawesi Utara).
f.
Geyser. Pancaran
air panas yang berlangsung secara periodik disebut geyser. Geyser yang terkenal
terdapat di Yellow Stone National Park, California (USA), pancaran airnya bisa
mencapai ketinggian 40 meter. Pancaran air semacam ini juga terdapat di
Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
5). Keuntungan adanya gunung api
Keuntungan adanya gunung api antara lain:
a.
Abu vulkanis yang
dikeluarkan gunung api saat terjadi erupsi (letusan) dapat menyuburkan tanah
pertanian karena banyak mengandung unsur hara tanaman.
b.
Material yang
dikeluarkan gunung api saat terjadi letusan yang berupa pasir, kerikil,
batu-batu besar, kesemuanya merupakan mineral industri yang dapat digunakan
untuk bahan bangunan.
c.
Gunung api
terbentuk dari keluarnya magma dari dalam bumi. Magma yang menuju permukaan
bumi tersebut banyak membawa mineral logam, dan barang tambang lainnya. Oleh karena
itu di daerah pegunungan dan gunung api banyak ditemukan bahan tambang.
d.
Adanya gunung api
yang tinggi menyebabkan terjadinya hujan orografis, sehingga daerah itu menjadi
daerah yang banyak hujan.
e.
Daerah yang
bergunung api biasanya merupakan daerah tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
daerah hutan, perkebunan, dan daerah pariwisata.
6).
Kerugian adanya gunung api:
a.
Gunung api pada waktu
meletus mengeluarkan lava pijar dan sangat berbahaya.
b.
Gunung api yang
meletus juga mengeluarkan gas yang sangat panas, yang juga bergerak menuruni
lereng. Contoh awan panas dari G. Merapi di Jawa Tengah.
c.
Pada saat terjadi
letusan, lava pijar akan bercampur dengan air yang terdapat di danau kawah, dan
membentuk lahar panas, yang sangat berbahaya. Contoh lahar panas dari G. Kelud
(Jawa Timur).
d.
Lava yang menumpuk
di puncak gunung akan hanyut dan turun ke bawah bersama air hujan sebagai lahar
dingin. Wujud lahar dingin ini berupa aliran batu, kerikil dan pasir yang jenuh
air, meluncur ke bawah menuruni lereng.
e.
Gunung api yang
tinggi dan berderet dapat membentuk daerah bayangan hujan. Daerah bayangan
hujan ini curah hujannya sedikit dan bersifat lebih kering. Contoh Lembah Palu,
Sulawesi Tengah.
f.
Letusan gunung api
bawah laut dapat menyebabkan terjadinya gelombang Tsunami, seperti tsunami di
di Banten dan Lampung akibat letusan Gunung Krakatau (1883).
g.
Abu vulkanis di
udara dari letusan gunung api dapat mengganggu penerbangan dan dapat merusak
tanaman.
b.
Diatropisme
Diastropisme adalah tenaga yang bekerja dari dalam bumi yang
mengakibatkan pergeseran dan perubahan posisi lapisan batuan sehingga mengubah
bentuk muka bumi. Gerakan tersebut dapat dibedakan menjadi gerakan orogenesis dan epirogenesis. Semua gerakan
tersebut akan mengubah bentuk permukaan bumi berupa munculnya sesar dan
pelipatan.
Epirogenesis adalah pengangkatan
jalur kerak bumi sehingga membentuk pegunungan yang berlangsung sangat lambat
dan meliputi daerah yang sangat luas.
Orogenesis adalah proses
pembentukan pegunungan (mountain
building) atau pengangkatan kerak bumi karena tumbukan
lempeng. Proses tersebut menghasilkan pegunungan berangkai yang bersamaan
dengan itu terbentuk patahan dan lipatan. Misalnya Pegunungan Himalaya. Jadi, gunungapi
tidak termasuk orogenesis karena tenaga yang membentuknya adalah tenaga
vulkanisme bukan diastropisme.
1)
Lipatan
Lipatan,
terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar dan bersifat liat (plastis)
sehingga permukaan bumi mengalami pengerutan. Lapisan batuan pada kerak
Bumi mendapat tekanan hebat yang menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses
pelipatan lapisan batuan ini merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan.
Contohnya pembentukan pegunungan lipatan Himalaya. Terlipatnya lapisan batuan
ini dapat mendorong terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah
(sinklinal). Dalam suatu wilayah yang luas terkadang juga dapat dijumpai
deretan antiklinal secara berulang-ulang (antiklinorium) maupun rangkaian sinklinal
(sinklinorium). Tekanan dengan tingkat tenaga yang berlainan pada lapisan batuan
dapat membentuk lipatan yang berbeda. Berikut ini gambaran terjadinya
antiklinorium dan sinklinorium serta jenis lipatan batuan.
a)
Lipatan tegak (symmetrical
folds), terjadi karena pengaruh tenaga horizontal sama atau tenaga
radial sama dengan tenaga tangensial.
b)
Lipatan miring (asymmetrical
fold), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama.
c)
Lipatan rebah (overturned
folds), terjadi karena arah tenaga horizontal dari satu arah.
d)
Lipatan menggantung
e)
Lipatan isoklin
f)
Sesar sungkup (overthrust),
terjadi karena adanya pergerakan pada sepanjang kerak bumi.
Tekanan dalam Bumi
menyebabkan patahan jika bekerja pada lapisan batuan yang tidak elastis atau
keras. Akibatnya, kerak Bumi retak kemudian patah. Di patahan ini ada bagian
yang turun disebut graben (slenk). Contohnya graben Semangko di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan,
Sumatra. Kadang graben sangat dalam yang disebut ngarai. Contohnya Ngarai
Sianok di Sumatra Barat. Jika graben itu terisi air dan menggenang akan
menciptakan sebuah danau. Misalnya, Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Tempe
di Sulawesi Selatan. Sementara itu, lapisan tanah yang terangkat disebut horst yang
menghasilkan kenampakan sebuah plato (dataran tinggi). Contohnya Plato Dieng di
Jawa Tengah dan Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Macam-macam
patahan :
a)
Horst
yaitu bagian dari patahan yang meninggi atau muncul lebih tinggi dari daerah
sekitarnya
b)
Graben
yaitu bagian dari patahan yang lebih rendah dari daerah sekitarnya
c)
Sesar
naik yaitu gejala pergeseran sesar yang atap sesarnya bergerak ke arah vertikal
d)
Sesar
turun yaitu gejala pergeseran sesar yang atap sesarnya bergerak turun terhadap
alas sesarnya
c.
Seisme (gempa bumi)
Gempa merupakan getaran keras dan terjadi secara tiba-tiba. Gempa
ini merupakan peristiwa alam yang sangat menghancurkan. Pergeseran daratan di
Bumi selalu diikuti dengan gempa. Secara umum, penyebab gempa bumi dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu tektonik, vulkanik, dan runtuhan.
1)
Gempa Tektonik
Gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia
disebabkan oleh gejala tektonik, yaitu gerakan Lempeng tektonik pada lapisan
kulit Bumi. Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer yang padat dan
terapung di atas lapisan selubung bergerak satu sama lain. Gempa ini terjadi
karena pelepasan tenaga yang dihasilkan oleh pergeseran lempeng tektonik. Jika
dua lempeng bertemu pada satu sesar (patahan), kadang dapat bergerak saling
menjauhi, mendekati, atau saling bergeser. Selanjutnya, terjadi pengumpulan
energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik
tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut. Akibatnya, terjadi pelepasan secara
tiba-tiba hingga dapat menggetarkan kulit Bumi dengan kekuatan besar yang kita
kenal sebagai gempa bumi tektonik.
2)
Gempa Vulkanik
Gempa yang mengguncang Bumi juga dapat
ditimbulkan oleh gejala vulkanik atau gunung api. Letusan gunung api yang terjadi
disebabkan oleh aliran magma dari dalam Bumi menerobos ke atas lapisan kerak
Bumi. Letusan gunung berapi yang keras menyebabkan getaran kulit Bumi, terutama
di daerah sekeliling gunung berapi. Pengaruh gempa vulkanik tidak sampai radius
jarak yang jauh. Intensitas gempa biasanya lemah sampai sedang. Akibat yang
ditimbulkan oleh gempa vulkanik juga tidak sebesar gempa tektonik.
3)
Gempa Runtuhan
Selain gempa tektonik dan vulkanik, gempa bumi dapat terjadi
karena runtuhan lapisan batuan. Kegiatan penambangan bawah tanah menyisakan
rongga-rongga di bawah tanah berupa guagua. Apabila runtuh, permukaan Bumi akan
bergetar. Gempa jenis ini bersifat lokal dan kekuatannya paling lemah.
Berdasarkan jarak pusat gempa, gempa bumi dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
1) Gempa bumi dalam
Yaitu gempa bumi yang pusat gempanya lebih dari 300km dibawah
permukaan bumi. Gempa bumi jenis ini kekuatannya sangat kecil karena sumber gempanya
sangat jauh.
2) Gempa bumi menengah
Yaitu gempa bumi yang pusat gempanya antara 100 – 300 km dibawah
permukaan bumi. Kekuatannya lebih kuat dibanding gempa bumi dalam.
3) Gempa bumi dangkal
Yaitu gempa bumi yang pusat gempanya kurang dari 100 km dibawah
permukaan laut. Kekuatannya sangat besar karena sumber gempanya sangat dekatsumber : http://for-social-education.blogspot.com/2012/05/tenaga-pembentuk-muka-bumi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar