Rabu, 01 Mei 2013

Bentuk-bentuk Muka Bumi

Bentuk permukaan bumi yang kita huni tidak rata. Kenyataannya permukaan bumi ada yang cembung ada yang cekung. Bentuk cembung dapat berupa bukit, gunung, maupun pegunungan. Sedangkan bentuk cekung dapat berupa lembah, danau, maupun lautan. Mengapa ada berbagai macam bentuk? Dalam bab ini dapat dipelajari berbagai macam bentuk dan proses terjadinya permukaan bumi.
A.       Tenaga Pembentuk Muka Bumi
1.       Tenaga Endogen Pembentuk Muka Bumi
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat membentuk permukaan bumi baru. Tenaga endogen dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a.        Vulkanisme
Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke luar permukaan bumi. Aktivitas tersebut menghasilkan bentukan berupa kerucut atau kubah yang berdiri sendiri dan disebut gunungapi. Dimanakah biasanya terbentuk gunungapi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut perhatikanlah gambar
berikut. 
                              Gb. Pertemuan Lempeng Bumi
Pada gambar tersebut tampak bahwa gunungapi umumnya terbentuk pada pertemuan lempeng, terutama lempeng yang saling bertumbukan. Pada pertemuan lempeng tersebut, lempeng samudera menunjam ke bawah dan lempeng benua terangkat. Akibat kaku, lempeng benua mengalami retakan. Magma yang cair kemudian masuk melalui retakan-retakan tersebut dan membentuk kantong-kantong magma. Sebagian magma mampu mencapai permukaan bumi dan membentuk gunungapi. Karena itulah, sebagian besar gunungapi terbentuk pada pertemuan lempeng tersebut.
1). Intrusi dan Ekstrusi Magma
Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke dalam litosfer (kulit Bumi). Penyusupan magma ke dalam litosfer dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a) Intrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma diantara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut.
(1) Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
(2) Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
(3) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
(4) Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.
b) Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat.
2). Bentuk Gunung Api
1)      Gunungapi corong atau maar, yaitu gunungapi hasil erupsi eksplosif atau berupa ledakan yang posisi dapur magmanya relatif dangkal sehingga gunungapi tersebut berhenti aktivitasnya dengan hanya satu kali ledakan. Oleh karena itu, ketinggian gunung ini relatif rendah dan memiliki kemiringan yang cukup curam. Biasanya terbentuk danau pada bekas lubang erupsi yang dasarnya relatif kedap air. Danau Eifel di Perancis dan Ranu Klakah di lereng Gunung lamongan merupakan contoh tipe ini.
      
2)      Gunungapi perisai atau aspit, yaitu gunungapi hasil erupsi efusif atau erupsi berupa aliran.
Magma yang cair atau encer bergerak ke segala arah dengan ketebalan yang tipis sehingga ketinggiannya juga rendah. Contoh gunungapi aspit adalah gunungapi di Kepulauan Hawaii.
   
3)      Gunungapi strato, yaitu gunung api berbentuk kerucut yang tinggi dengan lereng yang curam. Kerucut yang tinggi merupakan hasil dari timbunan material-material vulkanik yang padat maupun cair secara terus-menerus. Gunungapi ini merupakan gabungan tipe letusan eksplosif dan efusif secara bergiliran. Gunungapi di Indonesia umumnya termasuk tipe strato seperti Tangkuban Perahu, Kerinci, Merbabu, Gede-Pangrango, Gempo, dan lain-lain.
              
3).  Tanda-tanda gunung api akan meletus
Gunung api yang akan meletus biasanya mengeluarkan tanda-tanda alami sebagai berikut:
a.        suhu di sekitar kawah naik;
b.       banyak sumber air di sekitar gunung itu mengering;
c.        sering terjadi gempa (vulkanik);
d.       sering terdengar suara gemuruh dari dalam gunung;
e.        banyak binatang yang menuruni lereng.
4). Gejala pasca vulkanik
Gunung api yang sudah kurang aktif, memiliki tandatanda yang disebut gejala post vulkanik, atau pasca vulkanik atau setelah aktivitas vulkanik dengan gejala-gejala sebagai berikut.
a.        Sumber gas asam arang (CO2 dan CO) yang disebut mofet. Gas ini berbahaya sebab dapat menyebabkan mati lemas bagi orang yang menghirupnya. Contoh: Kawah Timbang dan Nila di Dieng (Jawa Tengah), Tangkuban Perahu dan Papandayan (Jawa Barat).
b.       Sumber gas belerang , disebut solfatara. Contoh : Tangkuban Parahu (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Rinjani (NTB).
c.        Sumber gas uap air, disebut fumarol. Contoh : Dieng (Jawa Tengah) dan Kamojang (Jawa Barat).
d.       Sumber air panas. Sumber air panas yang mengandung zat belerang, dapat digunakan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit kulit.
e.        Sumber air mineral. Sumber air mineral ini berasal dari air tanah yang meresap bercampur dengan larutan mineral tertentu seperti: belerang, atau mineral lain. Contoh sumber air mineral terdapat di: Ciater dan Maribaya (Jawa Barat),dan Minahasa (Sulawesi Utara).
f.         Geyser. Pancaran air panas yang berlangsung secara periodik disebut geyser. Geyser yang terkenal terdapat di Yellow Stone National Park, California (USA), pancaran airnya bisa mencapai ketinggian 40 meter. Pancaran air semacam ini juga terdapat di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
5). Keuntungan adanya gunung api
Keuntungan adanya gunung api antara lain:
a.        Abu vulkanis yang dikeluarkan gunung api saat terjadi erupsi (letusan) dapat menyuburkan tanah pertanian karena banyak mengandung unsur hara tanaman.
b.       Material yang dikeluarkan gunung api saat terjadi letusan yang berupa pasir, kerikil, batu-batu besar, kesemuanya merupakan mineral industri yang dapat digunakan untuk bahan bangunan.
c.        Gunung api terbentuk dari keluarnya magma dari dalam bumi. Magma yang menuju permukaan bumi tersebut banyak membawa mineral logam, dan barang tambang lainnya. Oleh karena itu di daerah pegunungan dan gunung api banyak ditemukan bahan tambang.
d.       Adanya gunung api yang tinggi menyebabkan terjadinya hujan orografis, sehingga daerah itu menjadi daerah yang banyak hujan.
e.        Daerah yang bergunung api biasanya merupakan daerah tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah hutan, perkebunan, dan daerah pariwisata.
6).  Kerugian adanya gunung api:
a.        Gunung api pada waktu meletus mengeluarkan lava pijar dan sangat berbahaya.
b.       Gunung api yang meletus juga mengeluarkan gas yang sangat panas, yang juga bergerak menuruni lereng. Contoh awan panas dari G. Merapi di Jawa Tengah.
c.        Pada saat terjadi letusan, lava pijar akan bercampur dengan air yang terdapat di danau kawah, dan membentuk lahar panas, yang sangat berbahaya. Contoh lahar panas dari G. Kelud (Jawa Timur).
d.       Lava yang menumpuk di puncak gunung akan hanyut dan turun ke bawah bersama air hujan sebagai lahar dingin. Wujud lahar dingin ini berupa aliran batu, kerikil dan pasir yang jenuh air, meluncur ke bawah menuruni lereng.
e.        Gunung api yang tinggi dan berderet dapat membentuk daerah bayangan hujan. Daerah bayangan hujan ini curah hujannya sedikit dan bersifat lebih kering. Contoh Lembah Palu, Sulawesi Tengah.
f.         Letusan gunung api bawah laut dapat menyebabkan terjadinya gelombang Tsunami, seperti tsunami di di Banten dan Lampung akibat letusan Gunung Krakatau (1883).
g.        Abu vulkanis di udara dari letusan gunung api dapat mengganggu penerbangan dan dapat merusak tanaman.
b.       Diatropisme
Diastropisme adalah tenaga yang bekerja dari dalam bumi yang mengakibatkan pergeseran dan perubahan posisi lapisan batuan sehingga mengubah bentuk muka bumi. Gerakan tersebut dapat dibedakan menjadi gerakan orogenesis dan epirogenesis. Semua gerakan tersebut akan mengubah bentuk permukaan bumi berupa munculnya sesar dan pelipatan.
Epirogenesis adalah pengangkatan jalur kerak bumi sehingga membentuk pegunungan yang berlangsung sangat lambat dan meliputi daerah yang sangat luas.
Orogenesis adalah proses pembentukan pegunungan (mountain building) atau pengangkatan kerak bumi karena tumbukan lempeng. Proses tersebut menghasilkan pegunungan berangkai yang bersamaan dengan itu terbentuk patahan dan lipatan. Misalnya Pegunungan Himalaya. Jadi, gunungapi tidak termasuk orogenesis karena tenaga yang membentuknya adalah tenaga vulkanisme bukan diastropisme.
1)      Lipatan
Lipatan, terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar dan bersifat liat (plastis) sehingga permukaan bumi mengalami pengerutan.  Lapisan batuan pada kerak Bumi mendapat tekanan hebat yang menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses pelipatan lapisan batuan ini merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan. Contohnya pembentukan pegunungan lipatan Himalaya. Terlipatnya lapisan batuan ini dapat mendorong terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah (sinklinal). Dalam suatu wilayah yang luas terkadang juga dapat dijumpai deretan antiklinal secara berulang-ulang (antiklinorium) maupun rangkaian sinklinal (sinklinorium). Tekanan dengan tingkat tenaga yang berlainan pada lapisan batuan dapat membentuk lipatan yang berbeda. Berikut ini gambaran terjadinya antiklinorium dan sinklinorium serta jenis lipatan batuan.

Jenis-jenis lipatan sebagai berikut.
a)       Lipatan tegak (symmetrical folds), terjadi karena pengaruh tenaga horizontal sama atau tenaga radial sama dengan tenaga tangensial.
b)      Lipatan miring (asymmetrical fold), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama.
c)       Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena arah tenaga horizontal dari satu arah.
d)      Lipatan menggantung
e)       Lipatan isoklin
f)        Sesar sungkup (overthrust), terjadi karena adanya pergerakan pada sepanjang kerak bumi.
2)      Patahan
Tekanan dalam Bumi menyebabkan patahan jika bekerja pada lapisan batuan yang tidak elastis atau keras. Akibatnya, kerak Bumi retak kemudian patah. Di patahan ini ada bagian yang turun disebut graben (slenk). Contohnya graben Semangko di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra. Kadang graben sangat dalam yang disebut ngarai. Contohnya Ngarai Sianok di Sumatra Barat. Jika graben itu terisi air dan menggenang akan menciptakan sebuah danau. Misalnya, Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Tempe di Sulawesi Selatan. Sementara itu, lapisan tanah yang terangkat disebut horst yang menghasilkan kenampakan sebuah plato (dataran tinggi). Contohnya Plato Dieng di Jawa Tengah dan Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Macam-macam patahan  :
a)       Horst yaitu bagian dari patahan yang meninggi atau muncul lebih tinggi dari daerah sekitarnya
b)      Graben yaitu bagian dari patahan yang lebih rendah dari daerah sekitarnya
c)       Sesar naik yaitu gejala pergeseran sesar yang atap sesarnya bergerak ke arah vertikal
d)      Sesar turun yaitu gejala pergeseran sesar yang atap sesarnya bergerak turun terhadap alas sesarnya
c.        Seisme (gempa bumi)
Gempa merupakan getaran keras dan terjadi secara tiba-tiba. Gempa ini merupakan peristiwa alam yang sangat menghancurkan. Pergeseran daratan di Bumi selalu diikuti dengan gempa. Secara umum, penyebab gempa bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu tektonik, vulkanik, dan runtuhan.
1)      Gempa Tektonik
Gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh gejala tektonik, yaitu gerakan Lempeng tektonik pada lapisan kulit Bumi. Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer yang padat dan terapung di atas lapisan selubung bergerak satu sama lain. Gempa ini terjadi karena pelepasan tenaga yang dihasilkan oleh pergeseran lempeng tektonik. Jika dua lempeng bertemu pada satu sesar (patahan), kadang dapat bergerak saling menjauhi, mendekati, atau saling bergeser. Selanjutnya, terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut. Akibatnya, terjadi pelepasan secara tiba-tiba hingga dapat menggetarkan kulit Bumi dengan kekuatan besar yang kita kenal sebagai gempa bumi tektonik.
2)      Gempa Vulkanik
Gempa yang mengguncang Bumi juga dapat ditimbulkan oleh gejala vulkanik atau gunung api. Letusan gunung api yang terjadi disebabkan oleh aliran magma dari dalam Bumi menerobos ke atas lapisan kerak Bumi. Letusan gunung berapi yang keras menyebabkan getaran kulit Bumi, terutama di daerah sekeliling gunung berapi. Pengaruh gempa vulkanik tidak sampai radius jarak yang jauh. Intensitas gempa biasanya lemah sampai sedang. Akibat yang ditimbulkan oleh gempa vulkanik juga tidak sebesar gempa tektonik.
3)      Gempa Runtuhan
Selain gempa tektonik dan vulkanik, gempa bumi dapat terjadi karena runtuhan lapisan batuan. Kegiatan penambangan bawah tanah menyisakan rongga-rongga di bawah tanah berupa guagua. Apabila runtuh, permukaan Bumi akan bergetar. Gempa jenis ini bersifat lokal dan kekuatannya paling lemah.
Berdasarkan jarak pusat gempa, gempa bumi dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1)      Gempa bumi dalam
Yaitu gempa bumi yang pusat gempanya lebih dari 300km dibawah permukaan bumi. Gempa bumi jenis ini kekuatannya sangat kecil karena sumber gempanya sangat jauh.
2)      Gempa bumi menengah
Yaitu gempa bumi yang pusat gempanya antara 100 – 300 km dibawah permukaan bumi. Kekuatannya lebih kuat dibanding gempa bumi dalam.
3)      Gempa bumi dangkal
Yaitu gempa bumi yang pusat gempanya kurang dari 100 km dibawah permukaan laut. Kekuatannya sangat besar karena sumber gempanya sangat dekat

sumber :  http://for-social-education.blogspot.com/2012/05/tenaga-pembentuk-muka-bumi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar